Selasa, 19 April 2011

Esensi Perbedaan dalam Memahami Bahasa Agama

Akar Historis Eksistensi Hukum Islam (Fiqh)

Secara umum, pembahasan fuqaha dalam fiqh menjelaskan tentang hukum dari sebuah permasalahan yang bersifat parsial dalam suatu realitas. Fiqh sendiri merupakan hasil penalaran seseorang yang mampu memahami maksud hukum Allah atau hukum-hukum amaliah yang dihasilkan dari dalil-dalilnya melalui penalaran atau ijtihad.



Permulaan kelahiran fiqh terjadi pada masa kerasulan. Sepanjang masa ini, pengetahuan terhadap hukum diperoleh melalui ketetapan wahyu, meski hukum tersebut diputuskan oleh Nabi saw dengan ijtihad. Jika terjadi kekhilafan dalam memutuskannya, wahyu akan turun sebagai pembenar terhadapnya, seperti dalam pemungutan tebusan (fida') terhadap para tawanan perang Badar. Dan jika wahyu tidak turun, maka itu merupakan sebuah pengakuan (iqrar) terhadap kebenaran ijtihad Nabi saw. Allah swt berfirman: "wa ma yantiqu 'anil hawa in huwa illa wahyun yuha".(an-Najm: 3-4)

Waliyullah al-Dahlawi dalam kitabnya al-Inshaf fi Asbab al-Ikhtilaf mendeskripsikan eksistesnsi fiqh di zaman Rasulullah saw, bahwa fiqh pada waktu itu belum terbukukan dan juga tidak ditemukan mode pembahasan hukum seperti yang telah dilakukan oleh para fuqaha madzhab. Di samping itu, pertanyaan-pertanyaan tentang suatu hukum sangat sedikit. Sehingga, pada saat itu tidak ditemukan perbedaan dalam hukum. Hal ini, disebabkan adanya otoritas tunggal yang dipegang oleh Nabi saw dalam menetapkan hukum.

Begitu juga pada masa sahabat, tidak ditemukan ijtihad dan perbedaan dalam penetapan hukum didalamnya kecuali sangat sedikit. Dari Maimun bin Mahran, ia berkata: Abu Bakar ketika ditanya tentang hukum, maka ia kembali kepada al-Quran. Jika ditemukan, maka ia memutuskanya dengan hukum tersebut. Jika tidak ditemukan, maka kembali pada sunnah. Dan bila tidak ditemukan dalam sunnah, maka beliau bertanya kepada penduduk sekitar; apakah Rasulullah saw pernah memutuskan hukum tersebut atau tidak. Jika belum ditemukan, baru beliau mengumpulkan tokoh masyarakat untuk memusyawarahkannya. Begitu juga dengan umar bin khottob dalam hal ini.

Adapun, perbedaan fuqaha pada masa ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: pengetahuan terhadap sunnah Nabi saw, minimnya kepercayaan terhadap eksistensi sunnah saw, perbedaan dalam memahami teks (nash), dan proyek ijtihad terhadap permasalahan yang tidak ditemukan dalam teks.

Sedangkan periode awal perkembangan fiqh tumbuh pada masa para tabi'in. Para mufti pada waktu itu disebut dengan "al-Qurra". Syaikh Ali al-Khafif menjelaskan, pada zaman Tabi'in ini, dalam pemberian fatwa ada dua aliran: aliran yang bertempat di Irak yang cenderung bersandar pada penalaran, kias, penelitian tentang tujuan-tujuan (maqashid) hukum dan alasan-alasannya sebagai dasar ijtihad. Dan aliran yang hanya bersandar pada bukti-bukti atsar (peninggalan, yakni tradisi atau sunnah) dan nash-nash. Aliran ini bertempat di Hijaz. Keberadaan dua aliran itu merupakan bentuk yang wajar dari situasi yang terdapat di Hijaz dan Irak.

Secara umum, terdapat tiga hal yang terkait dengan perkembangan fiqih pada masa ini, yaitu: perluasan wilayah kajian fiqh, meningkatnya kuantitas perbedaan fuqaha di dalamnya, tersebarnya periwayatan hadits dan pengaruhnya terhadap fiqh, dan kemunculan dua aliran yang terkenal dengan sebutan "madrasah ahli ra'yu" dan "madrasah ahli hadits". Berkaitan dengan sebab banyaknya muncul perbedaan fuqaha pada masa ini, diantaranya: tersebarnya fuqaha di berbagai Negara-negara Islam yang memiliki perbedaan, baik tradisi dan budaya atau konsep sosial-ekonomi yang telah berlaku di dalamnya, sulitnya menerapkan bentuk ijtihad dengan konsep "Syura" yang menghasilkan sebuah kesepakatan tunggal seperti yang berlaku di zaman khulafaurrasyidin, dan masyarakat belajar fiqh terhadap masing-masing fuqaha dan dalam memecahkan masalah berpegang terhadap fatwa mereka.

Fiqh mengalami kemajuan yang pesat pada permulaan abad ke-2 H sampai pertengahan abad ke-4 H. Hal ini, tidak terlepas dari beberapa faktor, antara lain: perhatian dan peran serta khalifah Abbasiyah terhadap kesejahteraan fiqh dan para fuqaha, perluasan wilayah Islam mulai dari Spanyol sampai ke Cina yang memiliki ragam dan warna tradisi yang berbeda, kemunculan para mujtahid dengan kapabilitas fiqh yang mendalam, dan adanya pembukuan hadits sehingga dapat diketahui keshohihan dan kedhoifannya.

Kemajuan pada fase ini ditandai dengan kemunculan madzhab-madzhab, yang memiliki orientasi dan metode pemikiran yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, hingga setiap madzhab memiliki pengikut masing-masing. Dalam menetapkan hukum, mereka mengikuti dasar dan kaidah penggalian hukum dari para Imam madzhabnya, yang kita kenal dengan kaidah "Ushul Fiqh". Pembukuan kaidah ini diprakarsai oleh Imam Syafi'i, lalu diikuti oleh Imam Ahmad bin Hanbal, dan kemudian dikembangkan oleh para pengikut madzhab.

Dan tidak diragukan lagi, bahwa pembukuan ilmu ini sangat membantu fuqaha dalam mengembangkan fiqh dan menjelaskan sumber penetapan hukum dalam madzhab. Bahkan, juga merupakan penyebab munculnya perbedaan fuqaha dalam menetapkan hukum Islam. Pada masa ini, muncul hipotesa fiqh atau yang kita kenal dengan fiqh "Iftiradli", yaitu menetapkan hukum dari suatu permasalahan yang akan terjadi dengan mengvisualisasikannya.

Senin, 18 April 2011

Psikologi Sosial

A. Pengertian perkembangan kognitif
Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian.
Psikolog swiss yang disebut dalm buku ini yaitu Piaget telah banyak mempengaruhi psikologi pekembangan kognisi. Dia telah memberikan pendapat serta dorongan dalam hal ini.
a. pengertian-pengertian pokok dalam teori perkembangan Piaget
teori Piaget banyak dipengaruhi oleh biologi dan epistomologi (ajaran mengenai pengalaman). Biologi adalah dalam teorinya Piaget dalam menggunakan pengertian yang langsung diambil dari biolog. Misalnya dalam devinisi mengenai intelegensi dipakainya pengertian adaptasi, organisasi, stadium, pertumbuhan.
Epistimolgi adalah perhatian terhadap cabang ilmu pengetahuan antara lain nampak dalam penelitian empiris terhadap timbulnya pengertian atau konsep mengenai waktu, ruang, kausalitas, dan kesadaran akan aturan. Piaget beranggapan bahwa setiap organisme hidup dilahirkan dengan dua kecenderungan fundamental, yaitu kecendrungan untuk :
 adaptasi dan kecendrungan berorganisasi.
hubungan antara adaptasi dan organisasi dari dua proses ini bersifat komplementer. Bila suatu organisme mengadakan organisasi aktifitasnya maka ia mengasimilasi kejadian baru pada struktur yang sudah ada dan mengakomodasi struktur yang sudah ada pada situasi baru. Dan menurut Piaget keduanya adalah proses biologis karena duan kecendrungan tadi selalu ada pada semua organisme hidup dan kedua kecendrungan tersebut merupakan sikap keturunan. Dan cara bekerjanya dua proses ini dalam diri suatu organisme tertentu tergantung pada sekeliling seta pengalaman belajar organisme tersebut.
 adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecendrungan bahwa setiap organisme untuk menyesuaikan diri dan llingkungan. Kecendrungan adaptasi mempunyai dua komponen atau dua proses yang komplementer:
1. asimilasi yaitu kecendrungan organisme untuk mengubah lingkungan guna mnenyesuaikan untuk dirinya sendiri. Contoh dalam bidang biologis adalah makanan bila orang makan sesuatu maka pencernaan makanannya tidak berubah yang merubah adalah makanan yaitu faktor lingkungan.
2. akomodasi yaitu kecendrungan organisme untuk merubah dirinya sendiri gunna menyesuaikan diri dan sekelilingnya. Contoh dalam bidang biologi dapat ditemukan lagi mengenai makanan. Bila organisme terpaksa untuk makan makanan yang asing, maka sistim fisiologisnya sering kali harus meneyesuaikan diridengan faktor lingkungan yang berubah itu.
Hubungan antara asimilasi dan akomodasi adalah kedua proses tersebut seperti telah dikemukakan adalah komplementer hal ini dapat dilihat pada tingkah laku meraih pada anak bayi.
Ekuilibrium atau keseimbangan juga menduduki tempat ayang penting dalam teori Piaget. Prinsip ekuilibrium yang bersifat biologis ini menjaga agar perkembangan merupakan hal yang tidak teratur melainkan suatu proses yang teratur. Ada kesamaan pendapat seorang teoretikus terkenal dalam psikologi perkembangan yaitu wener (1959). Wener bertolak dari prinsip ortogenetis dia ingin menunjukkan bahwa pekembangan genesa sustu individu berlangsung melalui proses yang teratur. Perkembangan akhirnya mencapai suatu diferensiasi yang semakin tinggi (motorik yang semula kasar menjadi semakin halus). Disamping itu perkembangan akan mencapai suatu aturan yang hierarkis (fungsi yang berbeda-beda makin sesuai satu sama lain dan semakin baik integrasinya).

A. Representasi dunia dan stadium-stadium dalam perkembangan kognitif


Scheck-danZiger (1972) mengemukakan bahwa pengertian akan simbul serta timbulnya tanggapan-tanggapan terjadi bersama-sama dengna perkembangan bahasa serta peramianan peranan. Dan peranan permainan tersebut mempunyai ciri-ciri yang juga harus ada pada pemakaian bahasa dan bekerja dengan simbul yaitu :
a. Sikap memperlakukan dengan hal-hal berpura-pura
b. Adanya formasi symbol atau pembentukan pengertian yang sembarang (metamorvosa benda)
c. Menegnalkan sifat manusia pada benda atau hewan (antropomorvisme)
d. Merubah peranan manusia secara fiktif
e. Imitasi tingkah laku atau rangkaian tingkah laku.
Kognisi adalah perkembangan piker dan pengenalan, membuat setiap orang mengatur dunia sekeliling dengan caranya sendiri-sendiri. Contoh seoarang estimo akan megatur dunianya orang lain dengan cara yang lain dari pada orang Indonesia atau orang jepang. Oleh karena itu kognisi mengandung proses berpikir dan proses mengamati yang menghasilkan, memperoleh, menyimpan dan memproduksi pengetahuan.
Representasi dunia luar didalam diri sendiri dan dengan demikian berpikir mengenai dunia luar berjalan sebagai berikut :
1. Bayangan (image) hal ini dijumpai pada anak umur 4tahun
2. simbol adalah suatu bentuk representasi lain dan tidak hanya berkisar pada bunyi yang khas atau bau yang khas dengan artinya yang khas (knoers) 1976
3. konsep pengertian hal ini merupakan langkah pertama yang penting kearah kesadaran akan aturan. Mulai usia prasekolah timbullah pada anak suatu kebutuhan untuk mengatur kesan-kesan dan kejadian-kejadian, menemukan hubungan-hubungan dari relasi kausal.
4. aturan adalah suatu hubungan antara dimensi dua pengertian atau lebih. Ada aturan yang formal dan non formal. Contoh yang formal, air adalah basah, apai adalah panas. Contoh yang non formal, kue-kue adalah manis. Aturan formal berdasarkan hokum alam sedangakna aturan non fomal berdasarkan perjanjian atau pengalaman.

B. Kekuatan perkembangan
Menurut Piaget pertumbuhan mental mengandung dua macam proses yaitu perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah perubahna structural, belajar adalah perubahan isi. Proses perkembangan dipengaruhi empat faktor (knoers) 1973
a. pemasakan adalah tumbuhnya struktur fisik secara berangsur-angsur mempunyai akibat pada perkembangan kognitif anak. Contoh perubahan pusat susunan otak
b. pengalaman atau kontak dengan lingkungan. Menurut Piaget kontak dengan lingkunagan mengakibatkan dua macam ciri pengalaman mental yaitu pengalaman visik adalah aktifitas yang dapat mengabtraksi sifat fisik objek-objek tertentu. Kedua pemgalaman logika-matematik, pengalaman ini berhubungan denag pengertian yang tidak datang dari pengalaman fisik melainkan diperoleh dari koordinasi internal perilaku individu. misalnya anak bermain dengna sejumlah balok, dihitung dan berkali-kali dihitungnya lagi dengan aturan begini begitu.
c. Transmisi sosial, menurt Piaget berpikir adalah tingkah laku yang terinternalisasi dan mempunyai hubungan anatara bahasa dan berpikir.
d. Ekuilibrasi yaitu faktor ini mengintegrasi efek ketiga faktor sebelumnya yang masing-masing kurang cukup memberikan keterngan mengenai prsoses perkembangan dan proses ini menunjukkan pada proses mengatur dirinya pada anak yang menyebabkan anak berpindah ke stadium lain.
C. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.s
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
3. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
1. Pengurutan: kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
2. Klasifikasi: kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
3. Decentering: anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
4. Reversibility: anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5. Konservasi memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
6. Penghilangan sifat Egosentrisme: kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

4. Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
D. Implikasi Teori Perkembangan Kognitif
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusidengan teman-temanya.
Pengaplikasian teori kognitif dalam belajar bergantung pada akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui saja.dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasikan.

BAB III
Kesimpulan
Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individeu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan memikirkan lingkungannya.
Perkembangan kognitif pada anak-anak disebut tahap praoperasional, yang berlangsung antara usia 2 sampai 7 tahun. Pada masa ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan pada hal magis. Namun pada masa ni anak masih tetap memikirkan pada peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya.