Sabtu, 02 April 2011

KONTRIBUSI SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

B. PEMBAHASAN
1. Fungsi Sosiologi Pendidikan Islam.
Kata ‘fungsi’ berasal dari bahasa inggris “function”. Menurut kamus WEBSTER, “function” berarti performance; the special work done by an structure. Selain itu menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 79 Tahun 1969 (lampiran 3), fungsi adalah sekelompok pekerjaan kegiatan-kegiatan dan usaha yang satu sama lainnya ada hubungan erat untuk melaksanakan segi-segi tugas pokok. Dari uraian di atas jelaslah bahwa fungsi adalah merupakan segala kegiatan dan usaha yang dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan.
Kata ‘kontribusi’ berasal dari bahasa inggris “contribution” yang mempunyai arti sebagaimana berikut: iuran, sumbangan, sumbangsih, uluran, urunan. Sedangkan dalam pengertian sederhana, sosiologi pendidikan memuat analisis-analisis ilmiah tentang proses interaksi sosial yang terkait dengan aktivitas pendidikan baik dari lingkup keluarga, kehidupan sosio-kultur masyarakat maupun di tingkat nasional[1].
Pengertian sosiologi Secara Etimologi atau berdasarkan makna kata sosiologi berasal dari dua suku kata yaitu dari kata Latin “ Socius “yang berarti kawan dan kata Yunani “Logos “ yang berarti kata fikiran atau ilmu pengetahuan atau berbicara. Sedangkan menurut Auguste Comte Sosiologi berarti “ berbicara mengenai masyarakat “. Dan secara Terminologi Sosiologi ialah ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia, yaitu hubungan perseorangan dengan golongan, hubungan golongan dengan golongan[2].
Pendidikan islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta. Potensi jasmaniah manusia adalah yang berkenaan dengan seluruh organ-organ fisik manusia. Sedangkan potensi rohaniah manusia itu meliputi kekuatan yang terdapat di dalam batin manusia, yakni akal, kalbu, nafsu, roh, fitrah. Asy-Syaibani menyatakan bahwa manusia itu memiliki potensi yang meliputi badan, akal, roh, dan ketiga-tiganya persis seperti segitiga yang sama panjang sisinya (Asy-Syaibani:92). Sedangkan Hasan Langgulung menyebutkan potensi manusia itu: Fitrah, roh, kemauan bebas, dan akal (Hasan Langgulung:57-58)
Dari beberapa definisi kata perkata diatas “fungsi dan kontribusi sosiologi pendidikan islam” adalah suatu unit kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sumbangsih atau sumbangan terhadap dunia pendidikan islam agar dapat mendidik generasi islam sesuai dengan potensinya supaya menjadi manusia yang mempunyai hubungan yang baik dengan sesama manusia, alam sekitar dan Alloh sebagai Tuhan yang diyakini.
Beberapa konsep mengenai pengertian sosiologi pendidikan Islam seperti dalam buku sosiologi pendidikan bahwa sosiologi pendidikan yaitu ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengenalikan proses pendidikan untuk memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Sosiologi pendidikan adalah analisis ilmiah atau proses social dan pola-pola social yang terdapat dalam system pendidikan.[3] Sosiologi pendidikan Islam adalah spesialisasi dalam ilmu sosiologi yang mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sector pendidikan Islam. Walaupun masyarakat sekarang beraneka ragam kultur dan strukturnya. Adapun beberapa konsep tentang fungsi sosiologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai proses sosialisasi. Dalam hal ini sosiologi pendidikan Islam mengutamakan proses bagaimana kelompok social masyarakat mempengaruhi kelakuan individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur diharapkan dengan pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam memperoleh pengalamannya.
2. Sosilogi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat. Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan Islam yang diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya, maka manusia tidak sesuai dengan cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam dan tidak bisa terwujud.
3. Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai anilisis social di sekolah dan antara sekolah dan masyarakat. Diharapkan terjadinya hubungan antara orang-orang dalam sekolah dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolah dengan masyarakat sekitar sekolah.
4. Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai alat kemajuan perkembangan social. Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu dapat melestarikan dan memajukan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujud komunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaan kepuncak yang setinggi-tingginya
5. Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan. Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi muda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat memotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai al-Quran.
6. Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai sosiologi terapan. Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu yang murni akan tetapi sebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara sosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan.
7. Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai latihan bagi petugas pendidikan agar para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social tempat anak disosialisi. Adakalanya agar pendidik memperbaiki teknik mengajarnya agar selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Prinsip-prinsip pendidikan islam sebagai disiplin ilmu. Sebagai disiplin ilmu, pendidikan islam bertugas mengilmiahkan wawasan tentang kependidikan yang terdapat dalam sumber-sumber pokok dengan bantuan dari penapat para ulama/ilmuan muslim. Nilai-nilai ketuhanan berada di atas nilai-nilai keilmiahan an ilmu pengetahuan.[4]
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi terhadap pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedangkan S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang fungsi sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
3. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup social.
5. Sosiologi pendidikan berfungsi membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa fungsi pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut.


6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan berfungsi utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan.[5] Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.
dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
A. Kontribusi Sosiologi Terhadap Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan hal yang mesti ada dalam masyarakat, secara umum pendidikan mempersiapkan peserta didik agar menjadi pribadi yang baik sehingga mempunyai kemampuan untuk terjun mengamalkan ilmu yang diperolehnya ketika kelak terjun di masyarakat. Pendidikan mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan kemudian diamalkan mempunyai dasar keagamaan, dengan kata lain ilmu bisa dimanfaatkan sesuai dengan koridor agama dan tidak menyimpang.



Pendidikan bisa dianggap berhasil ketika peserta didik mempunyai kemampuan dan potensi untuk dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Di sinilah letak hubungan fungsionalitas antar pendidikan dengan sosiologi, karena sosiologi membahas tentang interaksi sosial di masyarakat. Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan struktur (nilai ulangan harian, UTS, UAS, dll) melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi social sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat sekolah (guru, peserta didik, karyawan, dll) maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar.
keberhasilan pendidikan terkadang lebih ditentukan kreativitas dari masing-masing aktor dalam masyarakat. Kebiasaan yang dilakukan. Komunitas yang digelutinya. Aktivitas yang ditekuni seseorang. Karenanya, ‘sukses’ melalui pendidikan menjadi sangat relatif, ukurannya tidak hanya sebatas dilihat dari nilai yang bagus.[6] Pendidikan membawa pengaruh positif ketika peserta didik ingin bermasyarakat, sebagaimana lingkungan sosial menjadi faktor penting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan. Demikian juga halnya dengan pendidikan Agama Islam, sukses belajar agama Islam bukan dilihat dari nilai-nilai struktural, akan tetapi sejauh mana agama Islam diamalkan dalam kehidupan sehari-hari ketika peserta didik terjun ke kehidupan nyata di masyarakat.
Oleh karena itu sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting untuk kita sebagai makhluk sosial. Diri kita sendirilah yang menjadi objek kajian sosiologi karena kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita juga sebagai manusia yang berbudaya yang memiliki norma, nilai dan tradisi.




Selama hidup, kita senantiasa berinteraksi dengan orang lain dan dalam berinteraksi itu kadang-kadang timbul konflik. Oleh karena itu, sosiologi sebenarnya berbicara mengenai kita dan masyarakat dimana kita hidup dan berinteraksi.[7]
Berikut ini beberapa manfaat mempelajari sosiologi:
a. Dengan mempelajari sosiologi, kita akan dapat melihat dengan lebih jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun (dan terutama) sebagai anggota kelompok atau masyarakat.
b. Sosiologi membantu kita untuk mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat serta dapat melihat “dunia” atau budaya lain yang belum kita tahu sebelumnya.
c. Dengan bantuan sosiologi, kita akan semakin memahami pula norma, tradisi, keyakinan, pranata sosial dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada tanpa hal itu menjadi alasan untuk timbulnya konflik diantara anggota masyarakat yang berbeda.
d. Kita sebagai generasi penerus mempelajari sosiologi membuat kita lebih tanggap, kritis dan rasional menghadapi gejala-gejala sosial masyarakat yang makin kompleks dewasa ini serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita hadapi sehari-hari.
e. Hasil-hasil penelitian sosiologi dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan di berbagai bidang, seperti: rancangan undang-undang, perencanaan pembangunan, perencanaan anggaran, perencanaan pendidikan, kegiatan keagamaan, politik, ekonomi dan sebagainya, sehingga kebijakan yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan dan tidak salah sasaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi sosiologi terhadap pendidikan agama Islam sebagai berikut:
a. Mengenalkan kepada peserta didik sebagai sosok individu muslim yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
b. Sosiologi mengenalkan kepada peserta didik muslim tentang masyarakat prural yang ada di masyarakat, bahwa terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda dengan agama yang dianut.
c. Sosiologi mengajarkan peserta didik bahwa dengan perbedaan itu bukan pemicu konflik, melainkan keragaman budaya yang mesti ada, dengan keragaman budaya tersebut justru menjadi pemicu untuk mengembangkan potensi yang ada. Dengan bantuan sosiologi, kita akan semakin memahami pula norma, tradisi, keyakinan, pranata sosial dan nilai-nilai keagamaan yang dianut oleh masyarakat lain dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada tanpa hal itu menjadi alasan untuk timbulnya konflik diantara anggota masyarakat yang berbeda.
d. Sebagai generasi penerus bangsa dan pemeluk agama Islam yang taat, maka peserta didik dituntut untuk lebih peka terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat, kritis terhadap gejala sosial yang dewasa ini makin pelik, serta mampu mengambil langkah dan tindakan yang tepat untuk pemecahan masalah. Hal ini akan sulit tercapai jika kita hanya mempelajari agama tanpa mempelajari keadaan sosial masyarakat.
e. Dengan mempelajari sosiologi maka kita bisa mencari solusi-solusi tepat agar agama dapat di terima oleh masyarakat.
f. Kebijakan-kebijakan pemerintah tentang agama haruslah berdasarkan data sosial yang ada untuk kemudian menjadi salah satu bahan referensi utama dalam pembuatan kurikulum pendidikan Agama Islam.
Peranan Sosiologi Terhadap Dunia Pendidikan.
Dalam pengertian sederhana, sosiologi pendidikan memuat analisis-analisis ilmiah tentang proses interaksi sosial yang terkait dengan aktivitas pendidikan baik dari lingkup keluarga, kehidupan sosio-kultur masyarakat maupun di tingkat nasional. Sehingga dari sini bisa di dapat sebuah gambaran objektif tentang relasi-relasi sosial yang menyusun konstruksi total realitas pendidikan di negara kita. Sampai pada pemahaman tersebut segala bentuk wawasan dan pengetahuan sosiologis guna membedah tubuh pendidikan kita menjadi perlu untuk dibahas agar proses-proses pengajaran tidak bisa ke arah yang kurang relevan dengan kebutuhan bangsa.
Di sisi lain, jika perhatian kita tertuju pada lembaran sejarah perkembangan pendidikan masyarakat Indonesia, produk kemajuan sosial, meningkatnya taraf hidup rakyat, akselerasi perkembangan ilmu pengetahuan dan penerapan inovasi teknologi merupakan bagian dari prestasi gemilang hasil jerih payah lembaga pendidikan kita dalam upaya memajukan kehidupan bangsa Indonesia. Meningkatnya jumlah kaum terpelajar telah menjadi bahan bakar lajunya lokomotif kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Akan tetapi, beberapa kendala yang melingkari dunia pendidikan dalam kaitan dengan menurunnya kualitas output pendidikan kita menjadi bukti bahwa dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perbaikan.
Sosiologi pendidikan didasarkan atas landasan teoritis disiplin induknya yang berubah-ubah. Sosiologi pendidikan yang baik akan mencerminkan tiga aspek yaitu pertama“ imajinasi sosiologis” yaitu historis, struktural dan biografis yang oleh Mills diidentifikasikan sebagai bagian terpenting dari suatu imu sosial. Faktor kedua, perkembangan studi “akademik” pendidikan, dan dengan demikian tumbuhlah ilmu-ilmu sosial dasar yang menopangnya, yakni sosiologi, psikologi, filsaafat, dan sejarah. Dari sini lahirlah permintaan-permintaan akan tenaga sosiolog untuk ikut mengajar pada program-program studi akademis ini, selanjutnya perkembangan ini merangsang pula departemen-departemen pendidikan di universitas-universitas untuk menyelenggarakan program-program diploma dan program gelar lainnya yang lebih tinggi guna menghasilkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan.
Faktor ketiga, merupakan akibat dari perubahan suasana mental (mood). contohnya perencanaan pendidikan di penghujung tahun-tahun 1960-an dari “optimisme” ke “pesimisme”. Pertengahan tahun-tahun 1960-an merupakan tahun-tahun perkembangan yang luar biasa, para mahasiswa melimpah-ruah, perekonomian melaju naik dan pembaruan dianggap dapat diraih melalui proses politik yang ada.
Istilah-istilah yang kita pakai dalam membahas proses-proses pendidikan tidaklah mutlak melainkan merupakan produk tindakan manusia dalam suatu periode historis tertentu dalam suatu kerangka organisasi tertentu. Menurut pandangan ini, maka manusia menciptakan makna-makna dengan mana ia mencapai pengertiannya mengenai dunia ”intelegensi”, “deprivasi”, dan kreativitas”,umpamanya, masing-masing merupakan istilah yang relative, tak mengacu pada sifat yang mutlak dan tak mungkin menimbulkan salah faham, melainkan suatu penggunaan kata-kata khas dalam suatu konteks tertentu. Aforisme, “IQ adalah produk pengujian-pengujian yang dimaksudkan untuk memancing suatu konsep intelegensi yang dianut oleh perancang-perancang pengujian itu. Dengan kata-kat Gorbutt(1972), “Sosiologi interpretif mengenai pendidikan memudatkan perhatian kepada sifat-sifat social kategori-kategori pendidikan serta proses-proses sosial melalui mana kategori-kategori itu dibentuk dan dipertahankan”.

C. ANALISIS
1. Pendapat Penulis
Dalam bukunya prof. Dr. Harun Nasution, M. A, dalam bukunya yang berjudul sosiologi pendidikan cetakam bumi aksara, 2004 pada halaman delapan disebutkan bahwa fungsi sosiologi pada dunia pendidikan islam mempunyai tujuh fungsi dan dari tujuh fungsi tersebut bisa dianalisis dan diglobalkan menjadi dua yakni berfungsi keluar lembaga pendidikan islam (eksternal) dan berfungsi didalam lembaga itu sendiri (internal).
Adapun yang berfungsi keluar lembaga yakni, pertama sebagai proses belajar anak dalam belajar bersosialisasi, yang di maksud adalah bagamana seorang anak sebelum masuk kedunia kemasyarakat yang lebih luas paling tidak mereka belajar terlebih dahulu dalam lingkungan sekolahnya. Kedua sebagai analisis kedudukan pendidikan islam dalam masyarakat , yakni teori-teori yang ada dalam ilmu sosiologi digunakan untuk menganalisis apakah keberadaan pendidikan islam ditengah masyarakat sudah relevan atau belum jika belum dengan metode seperti apa agar bisa diterima oleh masyarakat dengan baik.
Sedangakan yangberfungsi kedalam lembaga pendidikan islam adalah pertama sebagai ilmu terapan, yakni sebagai mata pelajaran bagi siwa agar mereka mengetahui bagaimana keilmuan sosiologi itu. Kedua sebagai landasan penentu tujuan pendidikan dari lembaga itu sendiri karena dalam pendidikan tidak pernah lepas dari asas-asas social dan kedaan social masyarakat juga sangat menentukan dari tujuan pendidikan itu sendiri. Ketiga sebagai media pelatihan guru agar para pendidik ini bisa menyesuaikan pembelajaranya dengan lingkuangnya minimal dalam kelas unutk mencapai tujuan pembelajaran. Kempt sebagai alat perkembangan social yakni sebagai media bagaimana membentuk moral, karakter dan karakter peserta didik yang mempunyai social tinggi, bukan menjadi manusia-manusia individualis.
Dari beberapa fungsi yang sudah dipaparkan diatas palingtidak kita sudah mengetahui bagai mana fungsi sosiologi dalam dunia pendidikan islam, ternyata begitu luas dan multi fungsi sosiologi dalam pendidikan islam, tidak hanya terbatas pada suatu kajian disiplin ilmu akan tetapi mencakup segala aspek baik secara teoritis maupun praksis. Sebab dalam lembaga pendidikan islam tidak hanya ada satu individu akan tetapi terdiri dari banyak individu yang mana antara yang satu dengan yang alain salaing berhubungan.

Pendidikan islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan kemudian diamalkan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran keagamaan meskipun tidak secara mayoritasmasyarakat Indonesia adalah islam akan terapi sebuah nilai.
Pendidikan islam bisa dianggap berhasil ketika peserta didik mempunyai kemampuan dan potensi untuk dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Di sinilah letak hubungan fungsionalitas dan korelasi antar pendidikan islam dengan sosiologi, karena sosiologi membahas tentang interaksi sosial di masyarakat. Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan angaka, melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi social sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai keislaman.
Oleh karena itu sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting untuk kita sebagai makhluk sosial. Diri kita sendirilah yang menjadi objek kajian sosiologi karena kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita juga sebagai manusia yang berbudaya yang memiliki norma, nilai dan tradisi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontribusi sosiologi terhadap pendidikan agama Islam sebagai berikut:
1. Mengenalkan kepada peserta didik sebagai sosok individu muslim yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
2. Sosiologi mengenalkan kepada peserta didik muslim tentang masyarakat prural yang ada di masyarakat, bahwa terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda dengan agama yang dianut.
3. Sosiologi mengajarkan peserta didik bahwa dengan perbedaan itu bukan pemicu konflik, melainkan keragaman budaya yang mesti ada, dengan keragaman budaya tersebut justru menjadi pemicu untuk mengembangkan potensi yang ada. Dengan bantuan sosiologi, kita akan semakin memahami pula norma, tradisi, keyakinan, pranata sosial dan nilai-nilai keagamaan yang dianut oleh masyarakat lain dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada tanpa hal itu menjadi alasan untuk timbulnya konflik diantara anggota masyarakat yang berbeda.
4. Sebagai generasi penerus bangsa dan pemeluk agama Islam yang taat, maka peserta didik dituntut untuk lebih peka terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat, kritis terhadap gejala sosial yang dewasa ini makin pelik, serta mampu mengambil langkah dan tindakan yang tepat untuk pemecahan masalah. Hal ini akan sulit tercapai jika kita hanya mempelajari agama tanpa mempelajari keadaan sosial masyarakat.
5. Dengan mempelajari sosiologi maka kita bisa mencari solusi-solusi tepat agar agama dapat di terima oleh masyarakat.
6. Kebijakan-kebijakan pemerintah tentang agama haruslah berdasarkan data sosial yang ada untuk kemudian menjadi salah satu bahan referensi utama dalam pembuatan kurikulum pendidikan Agama Islam.