Kamis, 19 Mei 2011

Teori Sosiologi Modern

A. Teori Interaksionisme Simbolis
Talcott merupakan seorang tokoh sosiologi modern yang mengembangkan gagasan interaksionisme simbolis menjadi funsionalisme stuktural. Hal ini dapat kita lihat dalam karya pertamanya yang mengenai analisis fungsional “the social system” pada tahun 1951. dalam karya berikutnya parson secara rinci menguraikan funsi sebagai struktur demi mempertahankan sistem sosial. Konsep awal Parsons mengenai sistem sosial berawal pada interaksi tingkat mikro antara ego dan alter-ego yang didefenisikan sebagai bentuk sistem sosial yang paling mendasar.
Interaksionisme adalah sebuah teori tentang individu, tindakan sosial, yang dalam bentuknya yang paling distingtif tidak berusaha untuk juga menjadi suatu teori tentang masyarakat “kesengajaan yang terbentuk oleh kesengajaan”. Pendekatan dalam teori ini lebih tergantung pada tradisi-verbal-informal daripada buku-buku teks yang mapan. Pendekatan ini meenggambarkan tentang pragmatis dari mazhab filsafat Amerika yang unik, mengenai penafsiran sosiologis terhadap ekologi dan tentang metode-metode lapangan yang dikembangkan oleh antropolog. Kemudian dicatat oleh oleh para fungsionalis, pendekatan ini kuat dari segi empiris tetapi lemah dari segi teori.
Sistem-sistem sosial dan struktur-struktur peranan kadang-kadang dilihat sebagai hasil dari tindakan sosial dan kadang-kadang sebaliknya, tetapi semuanya secara mendasar merupakan hal yang sama : suatu teori mengenai pribadi-pribadiditurunkan menjadi sebuah teori mengenai masyarakat.
Interaksionisme simbolik tidak membuat hal ini berganti : ia tetap dengan tindakan sosial dan walaupun secara impilisit dia melihat struktur-struktur sosial sebagai struktur-struktur perandi dalam cara yang sama seperti dilakukan oleh pendekatan-pendekatan lain, dia tidak melibatkan dirinya dengan analisa atas tingkat sistem.
Para penganut teori interaksionisme simbolik menyepakati beberapa hal :
1. Terdapat kesepakatan bahwa manusia merupakan mahluk yang mampu menciptakan dan menggunakan simbol;
2. Bahwa manusia memakai simbol untuk saling berkomunikasi;
3. Manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran (role taking);
4. Masyarakat tercipta, bertahan dan berubah berdasarkan kemampuan manusia untuk berpikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan renungan dan untuk melakukan evaluasi.
Dalam teorinya parson memandang sistem sosial sebagai bagian dari tindakan sosial yang terorganisir. Masyarakat merupakan contoh kongrit dari suatu sistem sosial. Sistem ini cenderung bergerak kearah keseimbangan atau stabilitas. Dengan kata lain ketaraturan merupakan norma sosial. Bilamana terjadi kekacauan dalam norma sosial, maka sistem sosial mengadakan penyesesuain terhadap norma yang ada.
Pandangan parsons tentang masyarakat sebagai suatu sistem keseimbangan mengarah pada pendapat Pareto, sedangkan pandangan Parsons tentang integrasi sosial dilatar belakangi oleh Emili Durkheim.
Untuk membantunya dalam mengembangkan teori sistem sosial, parsons mendesain skema AGIL, yaitu :
Adaptations : Sebuah sistem harus mengulangi sistem eksternal yang gawat. Sistem harus menyelsaikan diri dengan lingkungannya dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
Goal Attaiment : sebuah sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya.
Iategrattions : Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan fungsi penting lainnya.
Latency : sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

Meskipun parsons berkomitmen untuk melihat sistem sosial sebagai sebuah interaksi, namun ia tak menggunakan interaksi sebagai unit fundamental dalam studi tentang sistem sosial. Ia malah menggunakan status-peran sebagai unit dasar dari sistem.
Sistem sosial terdiri dari sejumlah aktor individu yang saling berinteraksi dalam situasi sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan atau fisik. Aktor-aktor yang mempunyai motivasi dalam arti mempunyai kecendrungan untuk mengoptimalkan kepuaasan yang hubungannya dengan situasi mereka defenisikan dan di mediasi dalam term sistem simbol bersama yang terstruktur secara kultur ( Parsons, 1951 : 5-6 ).
Walaupun konsep tindakan sosial tetap dipakai sebagai dasar teori, perburuan intelektual parsons secara perlahan ternyata bergeser dari tekanan atas tindakan sosial ke struktur-struktur dan fungsi masyarakat. Maksudnya konsep dasar dari sistem sosial tidak terhenti sampai di sana, perubahan ini di karenakan banyaknya pengaruh dari pemikiran-pemikiran para ahli sebelumnya yang telah dulu mencetuskan teori tindakan sosial.

B. Teori Sosiologis Imaginations
Dengan imajinasi sosiologis seseorang dapat memahami padangan historis yang lebih luas, dari segi pengertiannya terhadap hakekat kehidupan dan kebutuhan kehidupan berbagi individu. Dengan menggunakan itu dia dapat melihat bagaimana individu-individu, dalam keruwetan pengalaman sehari-harinya sering mengisruhkan posisi sosial mereka. ( wills, 1959 : 5).
Keradikalan Mills dalam mengungkap fenomena sosial menjadikannya ia tersingkir dan menjadi ahli pinggiran dalam kancah sosiologi Amerika. Analisis marxian, adalah karya Mill mengenai sosiologi radikal. Pada tahun 1950-an, Mills menulis sebuah buku yang mengkaji masalah revolusi komunis di Kuba dan pada tahun 1962 menerbitkan buku berjudul The Marxists. Bukunya yang terkenal adalah The Sociological Imagination (1959). Isi buku tersebut diantaranya adalah upaya kritik Mills terhadap Talcott Parsons. Tiga komponen yang membentuk imajinasi sosiologis adalah
Sejarah : Bagaimana masyarakat yang akan datang dan bagaimana berubah dan bagaimana sejarah sedang berlangsung di dalamnya.
Biografi : Sifat "sifat manusia" di masyarakat, apa saja yang mendiami orang-orang tertentu masyarakat.
Struktur social : Bagaimana berbagai institusi pesanan beroperasi dalam sebuah masyarakat, yang mana yang dominan, bagaimana mereka diselenggarakan bersama, bagaimana mungkin mereka akan berubah,

Imajinasi sosiologis yang memungkinkan kita untuk pegang sejarah dan biografi dan hubungan antara kedua dalam masyarakat. mereka pasti pertanyaan dibangkitkan oleh pikiran yang memiliki imajinasi sosiologis. Untuk itu imajinasi adalah kemampuan untuk berubah dari satu perspektif lain - dari politik ke psikologis; pemeriksaan dari satu keluarga ke komparatif penilaian dari anggaran nasional dunia; dari teologi ke sekolah militer pendirian; dari pertimbangan dari industri minyak studi ke puisi kontemporer. Ini adalah kemampuan untuk mulai dari yang paling adil dan jauh ke dalam Bahasa Inggris yang paling intim fitur dari manusia sendiri - dan untuk melihat hubungan antara keduanya. Kembali dari penggunaannya selalu ada keinginan untuk mengetahui sejarah dan sosial yang berarti masing-masing di masyarakat dan di masa di mana ia memiliki kualitas dan dia sedang (1959: 6-7)
Menurut teori ini seorang sejarhwan harus menguasai imaginasi sosiologi dalam penelitannya. Dengan menggunakan metode ini para sejarahwan bisa memperkirakan tingkah laku masyarakat pada zaman dahulu. Selain metode ini, sejarahwan ini juga membutuhkn psikologi sosiologi, untuk mengetahui perkembangan watak dan pemikiran para aktos sejarah yang ia teliti.
Karena adanya sebuah imajinasi seorang lebih tertarik akan peristiwa masa lampau. Kertetarikan ini tidak hanya untuk mereka-reka saja, melainkan untuk merekonsrtuksikan kembali kehidupan masyarakat masa lampau kepada masyarakat sekarang ini. Dengan adanya gambaran persitiwa masa lampau tersebut kita bias mengambil pelajaran untuk menempuh masa yang akan datang.